kebutuhan rasa nyaman
MAKALAH
KEBUTUHAN RASA NYAMAN & NYERI
Dosen : Rizka Yunita ,S.kep.,Ns.,M.kep
![]() |
Oleh :
1.
Wulandari Suciwati
2.
Nindi
Indah Septiani
3.
Aliatur
Rofi’ah
4.
Robiatul
Adawiyah
5.
Ayu
Yuliantika
6.
Ifroh
7.
Dwi
Ifandi Alfiansah
8.
Holikotul
Bariah
Progam Study S1 Keperawatan
STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG
Pajarakan - Probolinggo
2017 – 2018
HALAMAN
PENGESAHAN
MAKALAH
KEBUTUHAN RASA NYAMAN & NYERI
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Ajar
KEPERAWATAN DASAR 1
Mengetahui,
Dosen Mata Ajar
Rizka Yunita ,S.kep.,Ns.,M.kep
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah kami panjatkan puja dan puji syukur
kehadirat Allah SWT. Atas segala limpah rahmat dan hidayahnya. Sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini, dan sholawat serta salam semoga selalu
tercurah limpahkan kepada proklamator sedunia, pejuang tangguh yang tak gentar
menghadapi segala rintangan demi umat manusia, yakni Nabi Muhammad SAW.
Adapun maksud penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas di STIKES Hafshawaty, kami susun dalam bentuk kajian ilmiah dengan judul ” KEBUTUHAN RASA NYAMAN & NYERI” dan dengan selesainya penyusunan makalah ini, kami juga
tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. KH. Moh.
Hasan Mutawakkil Alallah, SH.MM sebagai pengasuh pondok pesantren Zainul Hasan
Genggong
2. Ns. Iin
Aini Isnawaty, S.Kep.,M.Kes. sebagai ketua STIKES Hafshawaty Zainul Hasan
Genggong
3. Ana
Fitria Nusantara, S.kep., Ns.,M. Kep sebagai Ketua Prodi S1 Keperawatan
4. Rizka Yunita ,S.kep.,Ns.,M.kep Sebagai Wali Kelas Prodi S1 Keperawatan
5. Rizka Yunita ,S.kep.,Ns.,M.kep sebagai dosen mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan 1
Pada
akhirnya atas penulisan materi ini kami menyadari bahwa sepenuhnya belum
sempurna. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati mengharap kritik dan saran dari pihak dosen dan para audien
untuk perbaikan dan penyempurnaan pada materi makalah ini.
Probolinggo, 26 Desember 2017
DAFTAR ISI
Cover ........................................................................................................................ i
Halaman
Pengesahan ........................................................................................................ ii
Kata Pengantar ................................................................................................................. iii
Daftar Isi ........................................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang ............................................................................................. 5
1.2
Rumusan Masalah ......................................................................................... 5
1.3
Tujuan Penulisan............................................................................................ 5
1.4
Manfaat ......................................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Kenyamana .................................................................................................... 6
2.2
Sifat
nyeri....................................................................................................... 6
2.3
Fisiologi
nyeri................................................................................................. 6
2.4
Faktor
yang mempengaruhi nyeri................................................................... 7
2.5
Keletihan
....................................................................................................... 9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..................................................................................................... 11
3.2 Saran............................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latara
Belakang
Adapun pembuatan makalah ini untuk
mengetahui sejauh mana rasa nyeri dapat dirasakan oleh penderitanya. Yang mana
seperti yang kita ketahu bahwa pada penduduk indonesia sering kita jumpai atau
kita dengar yang terkena serangan nyeri, ini dikarenakan penduduk indonesia
pada sibuk melakukan aktivitas masing – masing.
Nyeri merupakan problem yang sering
terjdi pada orang yang selalu melakiukan aktivitas, contohnya pada pekerja
industri, pekerja yang melakukan gerakan tubuh,seperti tangan, kaki, dan yang
lainnya secara berulang tanpa istirahat, serta penyakit yang timbul akibat
proses penuaan atau degenerasi. Nyeri sangat menggangu aktivitas seseorang yang
melibatkan gerkan tersebut, sehingga mengalami hambatan dalam
melakukan pekerjaan sehari-hari.
Reseptor nyeri adalah organ tubuh
yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai
reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya
terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut
juga nosireceptor, secara anatomis reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang
bermielien dan ada juga yang tidak bermielin dari syaraf perifer. Berdasarkan
letaknya, nosireseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa bagaian tubuh yaitu
pada kulit (Kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan pada daerah viseral,
karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki
sensasi yang berbeda.
1.2 Rumusan Masalah
- Apa pengertian rasa nyaman dan nyeri ?
- Apa saja sifat nyeri ?
- Apa saja faktor yang mempengaruhi rasa nyeri ?
- Jelaskan fisiologi nyeri?
- Jelaskan keletihan pada nyeri ?
I.3
Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk
menerangkan, membuktikan,menjelaskan,serta menetapkan konsep dasar rasa
nyaman dan nyeri.
1.4 Manfaat
Menambah wawasan tentang konsep
dasar nyaman dan nyeri serta menerapkannya dalam kehidupan.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Pengertian Rasa Nyaman Dan Nyeri
Kolcaba (1992, dalam Potter &
Perry, 2005) megungkapkan kenyamanan/rasa nyaman adalah suatu keadaan telah
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu
kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah
terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah dan
nyeri). Kenyamanan mesti dipandang secara holistik yang mencakup empat aspek
yaitu:
- Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh.
- Sosial, berhubungan dengan hubungan
interpersonal, keluarga, dan sosial.
- Psikospiritual, berhubungan dengan kewaspadaan
internal dalam diri sendiri yang meliputi harga diri, seksualitas, dan
makna kehidupan).
- Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang
pengalaman eksternal manusia seperti cahaya, bunyi, temperatur, warna, dan
unsur alamiah lainnya.
2.2
Sifat Nyeri
- Subyektif dan sangat individual
- Gejala Objektif merupakan manifestasi rangsangan simpatis
- Tidak menyenangkan
- Merupakan suatu kekuatan yg mendominasi
- Bersifat tidak berkesudahan
- Melelahkan dan menuntut energi
- Mengganggu hub. personal dan mempengaruhi makna hidup
- Tidak dapat diukur secara obyektif
- Gunakan pemeriksaan yang cermat dalam mengkaji nyeri (PQRST)
- Perawat jangan salah konsep atau bias
2.3 Fisiologis Nyeri
Banyak teori berusaha untuk
menjelaskan dasar neurologis dari nyeri, meskipun tidak ada satu teori yang
menjelaskan secara sempurna bagaimana nyeri ditransmisikan atau diserap. Untuk
memudahkan memahami fisiologi nyeri, maka perlu mempelajari 3 (tiga) komponen
fisiologis berikut ini:
Resepsi
: proses perjalanan nyeri
Persepsi
: kesadaran seseorang terhadap nyeri
Reaksi : respon fisiologis & perilaku
setelah mempersepsikan nyeri
RESEPSI
Stimulus
(mekanik, termal, kimia) à Pengeluaran
histamin bradikinin, kalium, à Nosiseptor à Impuls syaraf à Serabut syaraf perifer à Kornu dorsalis medulla spinalis à Neurotransmiter (substansi P)à Pusat syaraf di otak àRespon reflek protektif
Adanya stimulus yang mengenai tubuh (mekanik, termal,
kimia) akan menyebabkan pelepasan substansi kimia seperti histamin, bradikinin,
kalium. Substansi tersebut menyebabkan nosiseptor bereaksi, apabila nosiseptor
mencapai ambang nyeri, maka akan timbul impuls syaraf yang akan dibawa oleh
serabut saraf perifer. Serabut syaraf perifer yang akan membawa impuls
syaraf ada dua jenis, yaitu serabut A-delta dan serabut C. impuls
syaraf akan di bawa sepanjang serabut syaraf sampai ke kornu dorsalis medulla
spinalis. Impuls syaraf tersebut akan menyebabkan kornu dorsalis melepaskan
neurotrasmiter (substansi P). Substansi P ini menyebabkan transmisi
sinapis dari saraf perifer ke saraf traktus spinotalamus. Hal ini memungkinkan
impuls syaraf ditransmisikan lebih jauh ke dalam system saraf pusat. Setelah
impuls syaraf sampai di otak, otak mengolah impuls syaraf kemudian akan timbul
respon reflek protektif.
Contoh:
Apabila tangan terkena setrika, maka
akan merasakan sensasi terbakar, tangan juga melakukan reflek dengan menarik
tangan dari permukaan setrika.
Proses ini akan berjalan jika system saraf perifer dan
medulla spinalis utuh atau berfungsi normal. Ada beberapa factor yang menggangu
proses resepsi nyeri, diantaranya sebagai berikut:
§ Trauma
§ Obat-obatan
§ Pertumbuhan tumor
Gangguan metabolic (penyakit
diabetes mellitus)
PERSEPSI
§ Fase ini merupakan titik kesadaran seseorang terhadap
nyeri, pada saat individu menjadi sadar akan nyeri, maka akan terjadi reaksi
yang komplek.
§ Persepsi menyadarkan individu dan mengartikan nyeri itu
sehingga kemudian individu dapat bereaksi
§ Proses persepsi secara ringkas adalah sebagai berikut:
Stimulus nyeri ditransmisikan ke medula
spinalis, naik ke talamus, selanjutnya serabut mentrasmisikan nyeri ke seluruh
bagian otak, termasuk area limbik. Area ini mengandung sel-sel yang yang
bisa mengontrol emosi (khususnya ansietas). Area limbik yang akan berperan
dalam memproses reaksi emosi terhadap nyeri. Setelah transm
isi syaraf berakhir di pusat otak, maka individu akan mempersepsikan nyeri.
2.4
Faktor yang memepengaruhi nyeri
Nyeri merupakan hal yang kompleks,
banyak faktor yang mempengaruhi pengalaman seseorang terhadap nyeri. Seorang
perawat harus mempertimbangkan faktor-faktor tersebut dalam menghadapi klien
yang mengalami nyeri. Hal ini sangat penting dalam pengkajian nyeri yang akurat
dan memilih terapi nyeri yang baik.
a. Usia
Menurut Potter & Perry (1993)
usia adalah variabel penting yang mempengaruhi nyeri terutama pada anak dan
orang dewasa. Perbedaan perkembangan yang ditemukan antara kedua kelompok umur
ini dapat mempengaruhi bagaimana anak dan orang dewasa bereaksi terhadap nyeri.
Anak-anak kesulitan untuk memahami nyeri dan beranggapan kalau apa yang
dilakukan perawat dapat menyebabkan nyeri. Anak-anak yang belum mempunyai
kosakata yang banyak, mempunyai kesulitan mendeskripsikan secara verbal dan
mengekspresikan nyeri kepada orang tua atau perawat. Anak belum bisa
mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon nyeri pada anak. Pada
orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami
kerusakan fungsi (Tamsuri, 2007).
b. Jenis kelamin
Gill (1990) mengungkapkan laki-laki
dan wanita tidak mempunyai perbedaan secara signifikan mengenai respon mereka
terhadap nyeri. Masih diragukan bahwa jenis kelamin merupakan faktor yang
berdiri sendiri dalam ekspresi nyeri. Misalnya anak laki-laki harus berani dan
tidak boleh menangis dimana seorang wanita dapat menangis dalam waktu yang
sama. Penelitian yang dilakukan Burn, dkk. (1989) dikutip dari Potter &
Perry, 1993 mempelajari kebutuhan narkotik post operative pada wanita lebih
banyak dibandingkan dengan pria.
c. Budaya
Keyakinan dan nilai-nilai budaya
mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang
diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini meliputi
bagaimana bereaksi terhadap nyeri (Calvillo & Flaskerud, 1991).
Nilai-nilai budaya perawat dapat
berbeda dengan nilai-nilai budaya pasien dari budaya lain. Harapan dan
nilai-nilai budaya perawat dapat mencakup menghindari ekspresi nyeri yang
berlebihan, seperti menangis atau meringis yang berlebihan. Pasien dengan latar
belakang budaya yang lain bisa berekspresi secara berbeda, seperti diam seribu
bahasa ketimbang mengekspresikan nyeri klien dan bukan perilaku nyeri karena
perilaku berbeda dari satu pasien ke pasien lain.
Mengenali nilai-nilai budaya yang memiliki seseorang
dan memahami mengapa nilai-nilai ini berbeda dari nilai-nilai kebudayaan
lainnya membantu untuk menghindari mengevaluasi perilaku pasien berdasarkan
harapan dan nilai budaya seseorang. Perawat yang mengetahui perbedaan budaya
akan mempunyai pemahaman yang lebih besar tentang nyeri pasien dan akan lebih
akurat dalam mengkaji nyeri dan respon-respon perilaku terhadap nyeri juga
efektif dalam menghilangkan nyeri pasien (Smeltzer& Bare, 2003).
d. Ansietas
Meskipun pada umumnya diyakini bahwa
ansietas akan meningkatkan nyeri, mungkin tidak seluruhnya benar dalam semua
keadaaan. Riset tidak memperlihatkan suatu hubungan yang konsisten antara
ansietas dan nyeri juga tidak memperlihatkan bahwa pelatihan pengurangan stres
praoperatif menurunkan nyeri saat pascaoperatif. Namun, ansietas yang relevan
atau berhubungan dengan nyeri dapat meningkatkan persepsi pasien terhadap nyeri.
Ansietas yang tidak berhubungan dengan nyeri dapat mendistraksi pasien dan
secara aktual dapat menurunkan persepsi nyeri. Secara umum, cara yang efektif
untuk menghilangkan nyeri adalah dengan mengarahkan pengobatan nyeri ketimbang
ansietas (Smeltzer & Bare, 2002).
e. Pengalaman masa lalu dengan nyeri
Seringkali individu yang lebih
berpengalaman dengan nyeri yang dialaminya, makin takut individu tersebut
terhadap peristiwa menyakitkan yang akan diakibatkan. Individu ini mungkin akan
lebih sedikit mentoleransi nyeri, akibatnya ia ingin nyerinya segera reda
sebelum nyeri tersebut menjadi lebih parah. Reaksi ini hampir pasti terjadi
jika individu tersebut mengetahui ketakutan dapat meningkatkan nyeri dan
pengobatan yang tidak adekuat.
Cara seseorang berespon terhadap nyeri adalah akibat
dari banyak kejadian nyeri selama rentang kehidupannya
f. Efek plasebo
Efek plasebo terjadi ketika
seseorang berespon terhadap pengobatan atau tindakan lain karena sesuatu
harapan bahwa pengobatan tersebut benar benar bekerja. Menerima pengobatan atau
tindakan saja sudah merupakan efek positif.
Harapan positif pasien tentang pengobatan dapat
meningkatkan keefektifan medikasi atau intervensi lainnya. Seringkali makin
banyak petunjuk yang diterima pasien tentang keefektifan intervensi, makin
efektif intervensi tersebut nantinya. Individu yang diberitahu bahwa suatu
medikasi diperkirakan dapat meredakan nyeri hampir pasti akan mengalami
peredaan nyeri dibanding dengan pasien yang diberitahu bahwa medikasi yang
didapatnya tidak mempunyai efek apapun. Hubungan pasien –perawat yang positif
dapat juga menjadi peran yang amat penting dalam meningkatkan efek plasebo
(Smeltzer & Bare, 2002).
2.5
Keletihan
Keluarga dan Support Sosial
Faktor lain yang juga mempengaruhi
respon terhadap nyeri adalah kehadiran dari orang terdekat. Orang-orang yang
sedang dalam keadaan nyeri sering bergantung pada keluarga untuk mensupport,
membantu atau melindungi. Ketidakhadiran keluarga atau teman terdekat mungkin
akan membuat nyeri semakin bertambah. Kehadiran orangtua merupakan hal khusus
yang penting untuk anak-anak dalam menghadapi nyeri (Potter & Perry, 1993).
Pola koping
Ketika seseorang mengalami nyeri dan
menjalani perawatan di rumah sakit adalah hal yang sangat tak tertahankan.
Secara terus-menerus klien kehilangan kontrol dan tidak mampu untuk mengontrol
lingkungan termasuk nyeri. Klien sering menemukan jalan untuk mengatasi efek
nyeri baik fisik maupun psikologis. Penting untuk mengerti sumber koping
individu selama nyeri. Sumber-sumber koping ini seperti berkomunikasi dengan
keluarga, latihan dan bernyanyi dapat digunakan sebagai rencana untuk
mensupport klien dan menurunkan nyeri klien.
Sumber koping lebih dari sekitar metode teknik. Seorang
klien mungkin tergantung pada support emosional dari anak-anak, keluarga atau
teman. Meskipun nyeri masih ada tetapi dapat meminimalkan kesendirian.
Kepercayaan pada agama dapat memberi kenyamanan untuk berdo’a, memberikan
banyak kekuatan untuk mengatasi ketidaknyamanan yang datang (Potter &
Perry, 1993).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kenyamanan/rasa nyaman merupakan suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (terpenuhinya kebutuhan dasar), transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah dan nyeri).
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda-beda setiap orang dalam skala atau tingkatannya, dan hanya orang orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri.
Kenyamanan/rasa nyaman merupakan suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (terpenuhinya kebutuhan dasar), transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah dan nyeri).
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda-beda setiap orang dalam skala atau tingkatannya, dan hanya orang orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri.
3.2 Saran
1.
Bagi Institusi Pendidikan
Sebaiknya pihak yang
bersangkutan memberikan pengarahan yang
lebih mengenai Kebutuhan Rasa Nyaman & Nyeri
2.
Bagi Mahasiswa
Mengenai makalah yang kami
buat, bila ada kesalahan maupun ketidak lengkapan materi mengenai pengkajian pada Kebutuhan Rasa Nyaman & Nyeri, kami mohon maaf. Kamipun sadar bahwa makalah yang kami
buat tidaklah sempurna. Oleh karena itu kami mengharap kritik dan saran yang
membangun.
DAFTAR
PUSTAKA
Referensi:
H.Alimul, A.
Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia 1. Jakarta: Salemba Medika
Hidayat A.
2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Buku 1. Salemba Medika, Jakarta.
Komentar
Posting Komentar